Director Paul Greengrass explores the aftermath of the Iraq invasion in this feature adaptation of author Rajiv Chandrasekaran’s literary exposé of the same name. A one-time Baghdad bureau chief of the Washington Post, Chandrasekaran was present as American forces attempted to set up a provisional government on the grounds surrounding former Iraqi dictator Saddam Hussein’s opulent palace. The resulting governing body, according to critics, existed in a bubble so far removed from the grim realities of the Iraq War that it failed to properly assess the needs of the people. In this fictional thriller set during the U.S.-led occupation of Baghdad, director Greengrass and screenwriter Brian Helgeland use Chandrasekaran’s novel as the foundation for the story of an officer who joins forces with a senior CIA officer to unearth evidence of weapons of mass destruction in Iraq.
-------------------------------------------------------------------------
(Indonesian Version): Saat pasukan Angkatan Darat Amerika berkuasa di Baghdad tahun 2003, Roy Miller (Matt Damon) ditugaskan mencari senjata pemusnah massal yang terdapat di Irak.
Namun, dalam menemukan senjata tersebut Miller menemui kesulitan, yang diduga ada skandal antara petinggi gedung putih dengan orang kepercayaan Sa ddam Husein.
Senjata itu sendiri tidak pernah ada, hal itu dibuat hanya untuk kepentingan pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin George Bush yaitu untuk memiliki minyak dari Irak
Film 'Green Zone' mengambil latar belakang invasi tentara Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 tidak lama setelah runtuhnya rezim Saddam Husein.
Inti cerita film ini ialah tentara Amerika Serikat yang dikomandoi Sersan Mayor Roy Miller (Matt Damon) tengah mencari senjata pemusnah massal di Irak, yang juga menjadi alasan utama George Bush mengacak-acak negara dengan kekayaan minyaknya itu
Namun setelah menemukan beberapa lokasi tempat tersebut hasilnya nihil, tidak ada senjata pemusnah massal itu. Naluri Miller mengatakan ada yang tidak beres dengan isu tersebut.
Prasangka Miller dan Gordon “Martin” Brown (Brendan Glesson’s), perwakilan CIA di Bagdad itu benar. Ternyata Pounsdtone (Greg Kinnear) petinggi Gedung Putih yang memiliki pengaruh cukup kuat, ialah dalang dibalik semua kebohongan.
Pounsdtone bekerjasama dengan tangan kanan Saddam Husein, Jenderal Al Rawi membuat 'permainan' itu. Pasalnya, Al Rawi yang juga benci dengan Saddam menginginkan jabatan dari Amerika.
Secara keseluruhan, film yang disutradarai Paul Greengrass ini lebih menarik dibanding film berlatar di Irak lainnya yakni 'Hurt Locker'. Dari awal hingga akhir, adegan perang lebih banyak disajikan. Setting porak porandanya Irak makin membuat hidup cerita ini
Seperti kebanyakan film perang Hollywood lainya, film produksi Universal Pictures ini juga mengandung pesan tersembunyi. Yaitu Amerika ingin membuat propaganda putih. Dimana dalam film berdurasi 109 menit tersebut tampak jelas kalau tidak semua prajurit Amerika setuju dengan invansi tersebut.
Hal ini jelas berbeda dengan fakta sebenarnya yang ada di lapangan, dimana mereka sangat ingin memiliki Irak sepenuhnya lantaran kekayaan minyaknya.
0 komentar:
Posting Komentar